Menjadi Ibu yang Selalu #SebarkanBeritaBaik

6 komentar


Menjadi Ibu yang Selalu #SebarkanBeritaBaik. Di sini siapa yang punya grup  Whatsapp lebih dari 10? Cung! Well, saya salah satunya yang punya grup WA banyak, banyak banget malah, sekitar 40 grup. Dengan persentase keaktifan saya sekitar 75%, yah lumayanlah gak silent reader amat. Karena selain untuk kepentingan kerjaan, rata-rata grup yang saya ikuti itu untuk silaturahmi dan sharing sehari-hari karena hobi yang sama. Belum lagi untuk urusan sekolah dan les anak, ada lagi grupnya. Wkwkwk.


Kadang saya malah kaget-kaget dengan banyaknya grup yang diikuti ibu-ibu millenial sekarang. Semakin banyak grup menunjukkan keeksisan seorang Ibu. Benar gak sih? Terus gimana anak-anak dan keluarganya kepegang emangnya? Mungkin untuk yang bisa bagi waktu oke-oke saja sih ya. Tapi buat yang masih kudu belajar manajemen waktu sebaiknya mengikuti grup yang prioritas diperlukan saja. 



Ngomong-ngomong grup Whatsapp, kadang sering tidak dapat broadcast di grup? Pasti seringlah ya? Malah kadang ada member spesial broadcast wkwkkw. Kalau isi broadcastnya tentang hal-hal baik yang menyejukkan atau malah lucu sampai bikin seluruh anggota tertawa ya gpp sih. Tapi pasti sering juga dapat broadcast yang bikin emosi dan membingungkan. Betul tidak?

Pernah dapat share seperti ini tidak? Ini contoh saja ya, saya yang buat ngarang bebas wkwk.

Menurut penelitian Mr Kim Tom Yam, memakan durian bagi wanita menyusui itu tidak diperbolehkan. Karena berakibat membuat ASI berkurang. Kadar sakarin di dalam durian bisa menyebabkan 60% hormon prolaktin berkurang. Dan itu mengakibatkan ASI terhenti. 

Bila diberikan pada bayi maka akan membuat perut bayi kolik dan kembung. Bahkan rata-rata pasien bayi gagal jantung di rumah sakit Nethekming, disebabkan karena sang Ibu mengkonsumsi durian di malam harinya.

Pesan amalan ini jangan berhenti di kamu. 1 kebaikan 1 amalan. Sebarkan!

Gimana? Sering gak baca broadcast semirip dengan hal diatas? Yaaah, mungkin dengan bahasa dan tema yang berbeda tentunya. Tapi pasti seringlah. Kadang saking takut dan gemetarannya, kita langsung share tanpa cek ricek bener gak sih isinya?

Iya kalau isinya benar? Tapi kalau ternyata salah bahkan HOAX? Bagaimana? Bayangin saja, kita punya 10 grup WA dan broadcast-in ke semua grup. Member di sana juga BC ke banyak grup lain yang dia ikut gabung di dalamnya. Dan terus...terus.. terus...terus menggelinding berita salah ini, hingga kita sendiri tidak bisa menghentikannya. 

Belum lagi ada yang copy paste ke status di sosial medianya. Tambah lagi di share-share banyak orang dibaca teman-teman yang share dan di share kembali. Begitu seterusnya hingga bisa dengan mudah kita temukan di web dan blog-blog saat googling.

Tarik nafas dulu. Pyuh.

Kalau lihat track record timeline dan postingan, saya hampir tidak pernah mau share tentang berita yang lagi viral. Apalagi menuliskannya di tulisan blog hanya untuk ngebahas yang viral, kecuali saya memang kompeten membahasnya. Well, saya lebih suka menulis yang lebih enak ditulis daripada mencari viewer pembaca blog karena menulis yang lagi HITS. No no no, kebetulan bukan saya banget yang seperti itu*LOL.

Mau cerita, dulu saat awal saya hamil jujur bingung pas test pack. Walau sudah baca petunjuk dan cara membaca, tapi garis samar 2 di testpack bikin deg-degan setengah mati. Hamil tidak ya? Dan cara paling gampang itu dengan search in Google. Hari gini? Apa sih yang tidak ada di Google?

Tahu tidak apa yang jadi jawabannya? Postingan-postingan yang bikin deg-degan ibu (yang baru) hamil. Keguguranlah, hamil anggurlah, testpack salahlah, tidak ada janin (janin kosong), dan lain sebagainya. Jujur saat itu jadi kalut dan gusar sendiri, bikin mewek makanya. Yang tadinya senang karena hamil jadi ciut dan bingung karena benar tidak saya hamil atau malah bisa berpikir kalau keguguran bagaimana ya?

Berangkat dari itu, akhirnya blog saya yang tadinya lebih ke make up jadi mulai menulis tentang kesehatan dan seputar anak. Karena buat mengcover berita dan artikel yang kadang tidak benar bahkan mengkhawatirkan. Bukankah menulis pengalaman pribadi yang benar lebih menyenangkan untuk dishare?

The Power of Ibu-Ibu


Oke, sekarang kembali ke grup whatapp. Sekarang, semakin banyak Ibu yang sudah pintar melihat berita benar atau tidak. Tapi tidak semua, masih banyak Ibu (dan bapak) yang perlu diajarkan bagaimana melihat suatu kabar apakah itu benar atau hanya hoax.


Siap-siap saja menjelang pemilu 2019 nanti, akan makin banyak broadcast atau bahkan berita yang bahkan memuat SARA bakal sering muncul. Bukan hanya tentang kesehatan saja, info kecil saja kadang dipelintir habis-habisan membuat berita yang salah. Iya, demi kepentingan pihak tertentu saja berita itu ada.

Belum lagi adu debat di sosial media bahkan di whatsapp biasanya tidak terelakkan. Yang tadinya bikin sosmed untuk menambah teman dan silaturahmi, malah jadi musuhan kan ga lucyu amat yak.

Katanya sih, kalau berita sudah ada di tangan Ibu-ibuk bisa lebih cepat proses menyebarnya. Ya lihat saja, grup WA saja banyak bener. Tombol share di mana-mana, Ibu-ibu cepat untuk klik kan? Jadi sebenarnya peranan Ibu ini besar banget loh dalam penyebaran informasi di era millenial ini. 

Ini yang kelilhatan mata lewat sosial media, kalau arisan? Bisa-bisa dibahas lagi berita-berita hoax itu. Sampai ngebusa ngobrol sama teman-teman satu arisan gak berhenti-henti xD. Yang ujug-ujung mending kalau damai, bisa gontok-gontokan biasanya wkwk.

Lucu sih, tapi kenyataannya emang seperti itu. Kalau kata orang, jangan lawan Ibu-Ibu bisa berabe wkwkw.

#SebarkanBeritaBaik


Nah, karena Ibu-Ibu memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran berbagai informasi. Bukan hanya informasi tentang keluarga, parenting atau kesehatan saja, tapi bahkan berita politik apalagi kalau yang sudah dibumbui agama gitu. Duh makin cepat banget nyebarinnya tanpa tinding aling-aling.

Maka tugas Ibu-Ibu juga sangat penting untuk selalu berusaha #SebarkanBeritaBaik di sosial media dan di lingkungan sekitarnya. 

Bagaimana memulainya?

Yang pertama, setiap ada share broadcast atau informasi yang belum tahu kebenarannya CUKUP BERHENTI DI IBU. Jangan dilanjutkan dengan share ke orang lain.

Yang kedua, CARI TAHU KEBENARANNYA dengan banyak membaca berita, literatur dan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan

Yang ketiga, mulai #SebarkanBeritaBaik dengan sumber yang terpercaya dan konten baik. Mulai yang gampang-gampang saja dari keseharian, seperti tentang kesehatan anak, kehamilan, dll.

Contoh konten saya #SebarkanBeritaBaik 
dengan tutorial babywearing yang benar


Yang keempat, misalnya ada perbedaan pendapat, ajak diskusi sambil playdate sama anak atau ngupi cantik pasti lebih mencair diskusinya tanpa harus kehilangan teman. Intinya ajak ngobrol sharing aja, biasanya kalau teman kan lebih enak ngomongnya.

Yang kelima, misalnya masih banyak di timeline yang sering share berita belum jelas, bisa mulai menghidden mereka di pengaturan. Kita tetap berteman kan tanpa melihat provokasi :*

Yang pasti, jaga harga mati persatuan NKRI. Jangan gampang terhasut dengan berita-berita yang belum jelas dan bikin gelisah. Sedikit sumbangsih kita demi negara tercinta akan sangat berarti, apalagi buat penggiat sosial media seperti Ibu-ibu sekarang ini.

Btw, ada lomba konten kreatif Citizen Journalizm Sosial Media loh sekarang. Ikutan yuk! Bantu Indonesia menjadi Ibu yang selalu #SebarkanBeritaBaik . Ditunggu sampai 22 Juni 2018. Hadiahnya kece loh buk-ibuk, mlaku-mlaku ama pak Kapolda numpak helikopter xD.

http://www.echaimutenan.com/2018/05/ibu-sebarkan-berita-baik.html


Gimana? Sudah siap untuk #SebarkanBeritaBaik belum mulai detik ini? Karena tidak ada yang bisa mengalahkan The Power Of Ibuk-Ibuk :*. Kalau bukan Ibu, siapa lagi?

Related Posts

6 komentar

  1. Setuju mba kom ada 10WAG berarti lom exis... Loh... Loh....
    Intinya semangat sebarkan beruta baik

    BalasHapus
  2. Sadeeesss, 40 grup. Eh, 2 tahun lalu aku juga 40 grup, mbak, sekarang kayaknya kurang dari setengahnya, deh. Kalo ada hoax, dapat dari sebagian WAG. Hahaha. Parah banget kan.

    BalasHapus
  3. Sekarang orang-orang lebih memilih jadi yang pertama menyebarkan informasi ketimbang jadi penyebar informasi benar.
    Yuk #sebarkanberitabaik!

    BalasHapus

Posting Komentar