Antara Cinta, Rokok dan Covid-19

18 komentar

Saat ini kita tahu pasti lagi pandemi Covid-19. Banyak sekali orang yang mau tidak mau di rumah saja untuk melakukan pekerjaannya. Termasuk anak-anak yang juga bersekolah di rumah saja dengan mentor orang tua tercinta yang mulai pusing jadi guru di rumah.

Tapi mau tidak mau ya, dari pada kenapa-napa. Di luar malah takut terkena corona malah lebih berabe. Karena semua hal dilakukan di rumah saja, tentu hal ini membuat kebiasaan yang biasa dilakukan di luar rumah atau saat ngantor dilakukan juga di rumah oleh orang tua.

Iya salah satunya adalah merokok. Untunglah si Papih sudah tidak merokok lagi, jadi saya agak santai dia tidak akan merokok di rumah. Namun, tidak banyak yang seberuntung keluarga saya. Berdasarkan penelitian, ternyata kebiasaan merokok orang tua terus dilakukan di rumah walau dalam pandemi covid-19 ini. Iya, di rumah tetap merokok. Walau mungkin bukan di dalam rumah, tapi kegiatan merokok seperti yang biasa dilakukan terus dijalankan.

Padahal covid 19 itu sudah bahaya, kenapa para perokok tidak sadar akan double bahaya yang menghadap hidup mereka? Sedih kadang kalau memang lihat fenomena perokok ini. Mana di rumah pasti ada anak, atau setelah merokok di luar nanti masuk ke rumah pakai baju yang masih ada asap rokoknya dll. Duh, tahu tidak sih perook pasif itu lebih bahaya daripada perokok aktif loh!.

Cuma saya sadar, memberhentikan seseorang untuk tidak merokok lagi itu sangat susah. Karena saya sendiri mengalaminya. Dulu, saya perokok berat. Tapi semua berubah ketika saya punya anak-anak lucu. Semua tiba-tiba otomatis berhenti sendiri karena keinginan sendiri. Begitupun Papih, berhenti rokok karena dia mau tidak mau megang anak-anak seharian dan merawat saya. Kalau dia merokok pasti susah untuk megang semua. Kembali lagi, berhenti merokok itu memang harus kesadaran sendiri.

Baca juga :

Apalagi di masa pandemi covid 19 ini, bisa terbayang ya polusi udara di rumah yang bercampur dengan covid 19. Belum ternyata, para perokok itu lebih rentan terkena covid 19 loh. Kan asapnya dll bisa saja tercampur dengan covid 19. Padahal kandungan dalam rokok sendiri itu sudah mengerikan. Ditambah covid 19 tambah bikin serem kan?

Iya benar sekali, infeksi penularan virus corona covid-19 ini akan lebih tinggi pada orang yang merokok. Karena keduanya sama akan menyerang pernapasan dan paru-paru dengan gejala yang hampir mirip, bisa menularkan ke seluruh anggota keluarga. Kita tidak mau kan kalau hal itu terjadi?

Apa saja kandungan dalam rokok itu? Ternyata ada 250 zat yang berbahaya dalam sebatang rokok. Kemarin saat saya mendengar live youtube radio ruang publik KBR yang mengangkat tema Rumah, asap rokok dan ancaman covid, ada pernyataan dr. Frans Abednego Barus, Sp.P, Dokter Spesialis Paru, tentang ada 3 zat utama dalam rokok yaitu tar, nikotin dan karbonmonoksida. Untuk rokok elektrik, kadar nikotin yang hilang tapi kandungan zat lain masih ada. Tapi ternyata, kandungan rokok itu banyak sekali yang karsinogenik dan berbahaya untuk tubuh.

Berikut beberapa kandungan berbahaya dalam sebatang rokok :

(Sumber : Alodokter.com)

1. Karbon monoksida
Karbon monoksida adalah senyawa gas beracun yang tidak punya rasa dan bau. Jika terhirup terlalu banyak, sel-sel darah merah akan lebih banyak berikatan dengan karbon monoksida dibanding dengan oksigen. Sehingga fungsi otot dan jantung akan menurun.

2. Nikotin
Nikotin memiliki efek candu seperti opium dan morfin yang berfungsi sebagai perantara dalam sistem saraf otak yang menyebabkan berbagai reaksi biokimia, termasuk efek menyenangkan dan menenangkan. Namun dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, dan pernapasan

3. Tar
Tar yang terhirup oleh perokok akan mengendap di paru-paru yang berisiko tinggi menyebabkan penyakit pada paru-paru, seperti kanker paru-paru dan emfisema. Selain itu, noda kuning pada gigi dan jari karena tar ini akan mengakibatkan masalah gusi dan kanker mulut.

4. Hidrogen sianida
Hidrogen sianida digunakan dalam industri tekstil, plastik, kertas, dan sering dipakai sebagai bahan pembuat asap pembasmi hama. Efek dari senyawa ini dapat melemahkan paru-paru, menyebabkan kelelahan, sakit kepala, dan mual.

5. Benzena
Benzena  yang merupakan residu dari pembakaran rokok dalam jangka panjang (setahun atau lebih), dapat menurunkan jumlah sel darah merah dan merusak sumsum tulang, sehingga meningkatkan risiko terjadinya anemia dan perdarahan. Selain itu, benzena juga merusak sel darah putih sehingga menurunkan daya tahan tubuh, serta meningkatkan risiko leukimia.

6. Formaldehida
Formaldehida merupakan residu dari pembakaran rokok. Dalam jangka pendek, formaldehida mengakibatkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan. Dalam jangka panjang, formaldehida dapat meningkatkan risiko kanker nasofaring.

7. Arsenik
Arsenik merupakan golongan pertama karsinogen. Paparan terhadap arsenik tingkat tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit, kanker paru-paru, kanker saluran kemih, kanker ginjal, dan kanker hati. Arsenik terdapat dalam rokok melalui pestisida yang digunakan dalam pertanian tembakau.

8. Kadmium
Sekitar 40-60 persen dari kadmium yang terdapat dalam asap rokok, terserap masuk ke paru-paru saat merokok. Kadar kadmium yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulkan gangguan sensorik, muntah, diare, kejang, kram otot, gagal ginjal, dan meningkatkan risiko kanker.

9. Amonia
Amonia merupakan gas beracun, tidak berwarna, namun berbau tajam. Pada industri rokok, amonia digunakan untuk meningkatkan dampak candu nikotin. Dalam jangka pendek, menghirup dan terpapar amonia dapat mengakibatkan napas pendek, sesak napas, iritasi mata, dan sakit tenggorokan. Sedangkan dampak jangka panjangnya yaitu pneumonia dan kanker tenggorokan.

Itu beberapa zat berbahaya yang ada dalam sebuah rokok. Masih banyak lagi kalau kita tilik rokok itu apa saja zat berbahayanya. Tapi apakah itu akan membuat perokok berhenti merokok? Tidak juga! Wong gambar paru-paru rusak saja di kemasan rokok masih pada beli untuk merokok. Iya tidak?

Oh ya sekedar cerita, saya kan dengerin pembahasan tentang rokok dan bahaya covid ini di youtube KBR. Live youtube sih kemarin itu. Di sana ada dua narasumber dr. Frans Abednego Barus, Sp.P, Dokter Spesialis Paru dan Nina Samidi, Manajer Komunikasi Komnas Pengendalian Tembakau.

Diawal ada peroko kyang diwawancarai tetap merokok saat pandemi ini tidak? Dia menjawab lantang, iya tetap saja merokok (seperti biasa) walau pandemi. Sepertinya ketakutan akan bahaya rokok ini sirna kalau berhadapan dengan para perokok. 

Bila terkena penyakit, jangan mengajak orang lain. Kesehatan itu tidak bisa diganti dan diulang. Seyogyanya mempergunakan kesehatan ini dengan sebaik-baiknya.
dr. Frans Abednego Barus, Sp.P, Dokter Spesialis Paru

Seperti tadi saya bilang, berdasar pengalaman sendiri akan berhenti rokok karena kesadaran pribadi. Kalau kata orang mah, nemu hijrahnya sendiri. Cuma mau sampai kapan? Sampai ada anak atau keluarga yang sakit juga karena rokok ini? Jangan amit-amit ya!

Sebagai Ibu, jelas miris. Anak-anak lugu yang tidak tahu tentang rokok ini jadi bisa terkena bahaya asap rokok karena keegoisan perokok yang ada di rumah. Di masa pandemi ini apalagi! Perokok merokok berkali lipat di rumah yang biasa dia lakukan di luar rumah. Tapi ingat di rumah ada anak.

Yang sebel lagi kalau lihat pemerintah seperti cuek saja dengan fenomena ini. PP 109/2012 tentang perilaku merokok dan iklan saja belum kuat walau direvisi terus. Tapi masih sangat lemah. Padahal pengendalian tembakau untuk saat ini sangat penting. Paling tidak meminimalisir anggota keluarga terkena covid 19 atau masalah paru-paru karena rokok. 

Belum adanya aturan yang kuat dalam pengendalian rokok kadang dibuat santai dengan para pelakunya. Padahal hal ini bukan saja merugikan diri sendiri, tapi juga orang di sekitarnya
Nina Samidi, Manajer Komunikasi Komnas Pengendalian Tembakau

Apa yang bisa kita lakukan sebagai ibu? Tenang, ada beberapa tips yang bisa dipraktekkan di rumah ketika menghadapi anggota keluaraga perokok ngeyel di masa pandemi COVID 19 ini.

Berikut tips gerakan stop merokok ala echaimutenan yang bisa Ibu-ibu praktekkan di rumah :


1. Pasang banyak tulisan tentang covid 19 dan bahaya rokok di tempat-tempat perokok biasa santai merokok. Klasik, tapi tetap efektif menurut saya
2. Buat perjanjian dengan perokok. Bila ingin memegang anggota keluarga lain atau masuk rumah harus langsung mandi terlebih dahulu dan ganti baju.
3. Pandemi ini pengiritan! Batasi jumlah beli rokok si perokok.
4. Jatah rokok si perokok misalnya 1 kali sehari hingga benar-benar berhenti 
5. Beri pengertian pelan-pelan berulang-ulang penuh cinta tanpa menggurui untuk segera berhenti merokok. Karena bagaimanapun kesadaran perokok itu yang lebih penting sehingga bisa berhenti sendiri merokoknya. Bilang juga kalau perilaku ini bisa dicontoh sama anaknya. Tidak mau kan anak jatuh ke lubang berbahaya?

Untuk poin nomer 5 ini ada yang dari Flores memberikan pengertian kepada bapaknya untuk berhenti merokok dan berhasil. Bapaknya sudah 84 tahun loh. Berarti kalau orang lain bisa, kita juga pasti bisa membuat si perokok berhenti merokok. 

Cukup mudah kan tipsnya! Praktekkan dengan kontinyu apalagi selama work from home saat ini, agar si perokok tahu bahwa keluarga sangat mencintainya dengan menyadarkan dia untuk berhenti merokok. Masyarakat sehat dengan tidak merokok dan kemungkinan infeksi penularan covid 19 menurun di keluarga. Adil kan? Semua anggota keluarga sehat dan senang.

Antara cinta, rokok dan covid-19, kalian pilih mana? Pilih cinta dong pastinya! #Putusinsaja rokoknya! 

Saya sudah berbagi pengalaman pribadi untuk #putusinaja hubungan dengan rokok atau dorongan kepada pemerintah untuk #putusinaja kebijakan pengendalian tembakau yang ketat. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog serial #putusinaja yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Indonesian Social Blogpreneur ISB. 

Related Posts

18 komentar

  1. Hai mba, aku juga gemes di tengah pandemi ini orang-orang masih aja merokok hiks emang gak mudah sih ya tapi kita harus berjuang sama-sama supaya saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran 😘

    BalasHapus
  2. Kesadaran dari diri sendiri itu memang sebuah pencapaian luar biasa. Tidak hanya bagi yg jbgin berhenti merokok, tapi bisa dibilang mencakup smwua hal. Segala sesuatu tergantung dari niat. Kalau emang ada niat berhenti merokok, sesusah apaojn, memang pasti bisa kok...

    BalasHapus
  3. Suka ikut kesel juga sih sama orang-orang yang ngeyel terhadap rokok. Padahal jelas2 tuh banyak zat2 yang sangat membahayakan. Tapi tetep aja dilakuin yah mba. Anw semiga tips nya bisa dipraktekan semua keluarga di Indonesia yah mba :).

    BalasHapus
  4. Berhenti merokok memang nggak mudah dan harus dari kesadaran diri sendiri. Setuju banget sama poin ini


    Papa saya pun berhenti merokok saat saya terkena pneumonia sewaktu kecil. Alhamdulillah sekarang beliau malah selektif, anak anaknya tak boleh berdekatan dengan perokok.

    Dan memang, bahaya rokok bagi perokok pasif itu bikin ngeri. Mana sepanjang WFH, kadang walau dari luar rumah ngerokoknya, kan bau nikotinnya tertinggal di baju lah, asapnya masuk ke dalam rumah lah. Repot.

    BalasHapus
  5. Bahaya merokok itu lebih serem pada perokok pasif, bukan aktif ya. Sama2 bikin gawat sih semua, seperti menabung penyakit di masa depan. Jadi harus distop merokok bagi yang masih melakukannya.

    BalasHapus
  6. Setujuuu,berhenti merokok itu harus atas kesadaran sendiri, asal jangan sadarnya karena pas udah sakit aja ya, hiksss

    BalasHapus
  7. Aku auto kepikiran sama anak anak dengan anggota keluarga dewasa yg merokok. Ya Allah kasihan :'( tipsnya applicable banget mak yg dibutuhkan keberanian dan konsistensi emang

    BalasHapus
  8. papiku dulu perokok berat. butuh komitmen kuat buat berhenti merokok. alhamdulilah skr hidupnya jd lebih sehat. beda sama bapak mertua, yg berhenti merokok begitu udah kena sakit paru2. skr kondisinya jd cepet sakit2an

    BalasHapus
  9. Memang butuh tekad kuat untuk berhenti merokok. Semoga aja saat pandemi ini banyak yang berhenti. Lumayan juga kan duit buat beli rokok

    BalasHapus
  10. memang agak susah utk org berhenti merokok klu gak ada tekat yg kuat seperti sudah kecanduan, soalnya suami jg susah utk berhenti merokok

    BalasHapus
  11. Please jangan jadi perokok, jauh2 dan galakin aja kalau ada orang yang ngerokok dekat2 kita. Aku ngerasain banget dampak perokok :(

    BalasHapus
  12. Cha, sebagai eks perokok, kata-kata apa yang paling sering kamu sampaikan untuk menyuruh berhenti merokok tanpa berkesan menggurui?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mending mana? Sakit duluan karena rokok baru berenti atap berenti dulu ngeroko sebelum sakit eaaa eaaa

      Hapus
  13. Iya bener banget mak mau suruh berhenti perokok itu susah banget. Seperti seseorang yang aku kenal dulu susah banget aku suruh berhenti, akhirnya semenjak sakitnya makin parah baru deh berhenti.

    BalasHapus
  14. Setuju banget Mbak. ALhamdulillah aku nggak ngerokok, yaa tapi jadi perokok pasif ditengah perokok aktif pun nggak enak haha. Salah satu langkahnya yaa saling mengingatkan aja satu sam lainnya :)

    BalasHapus
  15. Yang aku sebel dari para perokok di Indonesia ini mereka masih belum sadar bahwa orang yang ada di dalam kendaraan umum memiliki hak untuk menghirup udara segar, sementara mereka seenak jidatnya saja buang-buang asap rokok di angkot atau bis. Kalau ditegur eh malah lebih galakan dia. Lalu dia bilang kalau nggak mau kena asap pakai mobil sendiri. Diih nyebelin. Auto bertanduk pengen nyeruduk!

    BalasHapus
  16. Menurutku buat para perokok itu mesti disediakan ruang hijau. Ruang yang manusiawi, ya. Jangan ruang-ruang kayak sekarang yang luar biasa parah. Ruang terbuka hijau dapat menetralisir asap.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pake tutupan biar ngirup rokok sendiri hihihi

      Hapus

Posting Komentar