Kejang Setelah Melahirkan

12 komentar
Kejang Setelah Melahirkan

Seperti teman-teman tahu, saya melahirkan bayi Raffa pada 23 November 2016 kemarin. Untuk istirahat, alhamdulillah saya bisa tidur lebih dari cukup. Kebetulan Raffa masih sering tidur dan saya hampir tidak pernah bergadang dimalam hari. Paling dia terbangun untuk menyusui setiap 1-2 jam sekali, lalu saya susui sekitar 10 menitan dia tidur lagi. Lancar semua berjalan dengan mulus. Raffa seperti mengerti saya yang ingin istirahat lebih banyak setelah persalinan. Alhamdulillah.


Tapi saat Raffa berumur 2 mingguan, ternyata saya harus waspada dengan kejang. Nambah-nambahin achievement tentang penyakit jadinya :v *sumpah gak bangga blas kalau ini. Bukan, ini bukan Raffa yang kejang tapi saya yang mengalami kejang. Tiba-tiba kejang gitu. Padahal seumur hidup, saya belum pernah kejang. Kalau pingsan, keringat dingin sih sering XD.  Keluarga saya sendiri juga belum pernah ada yang riwayat kejang atau epilepsi, tapi kalau diabetes atau jantung iya emang ada. Makanya, saya sendiri menghindari makanan penyebab penyakit diabetes atau penyakit lainnya biar tetap sehat sampai tua (walau saya sendiri riwayat kanker). Dalalah, ditengah perjalanan selain kanker saya dapat sakit syaraf kejepit --". Ya wes, jalanin saja toh. Tapi kalau kejang baru kali ini dialami oleh saya.


Awal pertama kali kejang itu saat saya tidur. Serius. Ceritanya pas lagi enak-enak tidur, saya kebangun malam karena tiba-tiba menggigil kedinginan. Saat seperti ini saya sadar, lalu bangunin papih tapi tidak bisa ngomong apa-apa. Badan rasanya gerak sendiri. Si papih kaget, langsung menyelimuti badan dan menggosok kaki, tangan dan beberapa bagian tubuh saya biar jadi lebih hangat. Hal ini berlangsung 3-5menit lupa tepatnya. Setelah itu, saya kembali menghangat badannya dan tertidur kecapekan.

Rencananya pagi itu langsung mau pergi ke rumah sakit, cuma satu dan lain hal gak jadi. Dan malamnya, kejang kayak kedinginan seperti itu terjadi lagi. Kali ini jangka waktunya lebih lama sekitar 5-7menitan dan saya tetap dalam keadaan sadar tapi gak bisa ngapa-ngapain. Karena badan rasanya gerak sendiri semua. Dan setelah selesai, badan capek semua kayak habis jalan jauh gitu sayapun langsung tertidur.

Karena dua malam berturut-turut kejadian kejang kedinginan terjadi, akhirnya pagi kami datang kepuskesmas untuk diperiksa. Loh kok ke puskesmas? Iya, karena asuransi kantor saya sudah habis plafonnya dan belum diperbaharui. Jadi kami pakai BPJS. Bahahahaha...

Well, kalau pada saat melahirkan saya sangat merekomendasikan BPJS. Untuk rawat jalan, entahlah, saya sendiri kasihan pada diri sendiri. Karena untuk mendapatkan pelayanan berobat lebih cepat pakai BPJS ternyata tidak bisa. Semua harus prosedur dengan jarak dari satu dokter kedokter lain membutuhkan waktu yang sangat lama. 

Iya kalau tidak terjadi kejang lagi selama menunggu antrian dokter, lah kalau tiba-tiba terjadi kejang lagi gimana? Yang ada kalau semisal saya sakit berat dan butuh pertolongan, dipimpong sana sini udah metong duluan :v. Ampun dah ya BPJS mah....

Tapi kembali lagi kita ikuti saja prosedur, namanya juga gratisan (nggak juga seh kan kita bayar) hehehehe. Saat mengantri di puskesmas, tiba-tiba saya kejang lagi untuk ke-3 kalinya. Langsung dibawa ke UGD puskesmas dan saat kejang saya sadar walau tangan kaki badan gerak sendiri tidak bisa dikendalikan. Untungnya, saat itu Raffa tidak saya gendong. Kebayang coba kalau saya pas lagi gendong -____-. Amit-amit ya Allah.

Akhirnya setelah enakan, saya diberi surat rujukan ke RS tipe kelas C. Kamipun langsung menuju RS, biar segera dapat obat atau apalah paling tidak menghindari kejang terjadi lagi. Dan setelah sampai di RS tipe C, eeeeng ingggg eeeeng ternyata untuk kedokter syarafnya butuh  waktu 3 minggu karena penuh :O. OMG! Kamipun protes kebagian administrasi dan akhirnya setelah debat sebentar saya dapat jadwal ke dokter syaraf seminggu lagi. Edun, masak kudu berantem dulu baru dipercepat -__-. Tapi saya tidak dibekali obat-obatan atau apa kek, jadi pas kejang bisa dikasih P3Knya gitu. Jadi selama seminggu, papih tidak bolehin saya pegang komputer atau kemana-mana. Jaga-jaga terjadi kejang susulan selama seminggu ini.

Dan selama seminggu itu, saya gak kumat blasss kejangnya. Alhamdulillah. Akhirnya tiba waktunya ketemu dokter syaraf di RS tipe C itu, dokter syarafnya baik banget ngejelasin detilnya. Ada kali kami setengah jam konsultasi, sambil saya diperiksa satu-satu syarafnya. Dan karena memang harus banyak tes yang dilewati, saya akhirnya dirujuk lagi ke RS tipe B yang ada alat-alatnya :"). Cecuatuuuh yaaaa.

Terus semisal saya kejang kembali, papih diminta sebelum langsung menolong untuk direkam video dulu saat kejang barang beberapa detik saja untuk memastikan itu kejang atau bagaimana. Trus papih bingung, pegimana caranya mau ngerekam orang lagi kejang. Kebayang gak, istrinya lagi kejang disuruh mideoin xD,.Yang ada udah panik duluan xD. Tapi buat mastiin kejang ya mau ga mau kudu tega :"). Terus saya diberi obat yang semisal kejang sebelum ketemu dokter syaraf di RS tipe B harus segera diminum. Dan itu harus stop untuk ASI, tapi sampai tulisan ini saya publish belum pernah saya minum :D. Huaaaaaaaaaaaa.



Dan akhirnya saya kembali kejang lagi, dan kali ini divideoin papih walau sebentar. Setelah itu dikirim kedokternya, dan dokter syarafnya minta kami cepat ke dokter syaraf di RS tipe B. Iya, ini kejang.

Sambil doa-doa biar gak kejang lagi, kami segera ke RS tipe B untuk daftar ke dokter syarafnya. Kebetulan RS ini adalah RS saat saya dirawat syaraf kejepitnya. Jadi paling tidak rekam medik kesehatan saya lengkap disana. Kami ke RS tipe B beberapa hari kemudian dan tidak seperti RS tipe C sebelumnya, kami langsung bisa bertemu dokter syaraf disana. Cuma untuk kali ini kami pindah dokter syarafnya, bukan yang biasa nangani saya pas syaraf kejepit.



Setelah konsultasi lagi, saya akhirnya diambil tindakan EEG dan untuk ini saya dirujuk ke RS tipe B lainnya yang punya alat EEG.Akhirnya besoknya kami ke RS tipe B lainnya untuk ketemu dokter syaraf disana dan dijadwalin EEG. Untuk EEG disetujui dilakukan 2 minggu lagi. Pyuh, sesuatu ya bolak balik...capek gitu rasanya kalau gak liat pengen besarin anak-anak,inginnya udah aja deh ga usah berobat -___-.

Sebelum hari EEG, saya rutin memompa ASI buat Raffa agar nanti bisa digunakan untuk papih biar tetap Raffa dapat ASI. Saat EEG pun tiba. Saya pagi-pagi datang jam 7.45 WIB untuk mendaftar dan baru dilakukan EEG jam 11 siang. Hiks. Pengen nangis rasanya --".


Oh iya, EEG itu hampir sama seperti EKG. Kalau EKG biasanya dipasang dibagian dada, kalau EEG dipasang dibagian kepala untuk melihat aktifitas otak.Keduanya sama-sama menggunakan kabel-kabel banyak gitu. Sebelum EEG, saya sudah diberitahu untuk rambut keramas terlebih dahulu dan jangan pakai condisioner atau jangan pakai minyak rambut.

EEG tidak memakan waktu lama cuma sejaman kali ya dengan kondisi ruangan temaram. Kalau nggak diajak ngobrol mbak perawatnya, ketiduran keknya saya mah hahaha.. Ada 3 tes di EEG, yang pertama pejamin mata rileks, lalu ada sinar gitu kita tetap pejam mata dan yang terakhir rileks tapi membuka mata. Hasil tesnya banyak dan saya baru dipanggil lagi ke RS tipe B lainnya itu untuk dibacain hasilnya sekitar2 mingguan (itupun karena kami yang nanya duluan kok lama hasilnya dan saya kebetulan kejang lagi).

Jadi total sudah 5 kali saya kejang. Terakhir di kamar mandi setelah mandi. Untuk kejang dikamar mandi ini, saya sempat tidak sadar lama dengan kejang hampir sekitar 8 menitan. Setelah itu saya tertidur dengan badan kayak habis bawa batu banyak :v. Kata papih, kaget lihat saya kejang sampai berliur huhuhu. Maaf ya pih :(.




Saat dibacakan hasil, untuk hasil EEG semua terlihat normal. Kata dokter ini hasil ini bisa saja terjadi saat tidak terjadi serangan. Untuk kejang setelah melahirkan memang bisa saja terjadi. Bisa epilepsi, eklampsia atau pseudoseizure yang mengarah pada neurosis. Bahkan bisa juga gejala stroke untuk tahapan yang lebih lanjut. Untuk kejadian saya, lebih mengarah ke psudoseizures untuk sementara. Karena kalau eklampsia, saya termasuk normal tekanan darahnya.

Pseudoseizure ini lebih dikategorikan kejang semu karena tekanan, kesakitan, terlalu lelah atau pikiran. Jadi untuk sementara saya diminta mengurangi aktifitas melihat layar (karena pekerjaan sebagai penulis), karena cahaya yang menyilaukan seperti hp, komputer dan tv itu akan menjadi pemicu kejang. Selain itu, saya diminta konsumsi makanan bergizi dan jangan banyak aktifitas agar kelelahan tidak jadi pemicu kejang.

Untuk obat, saya diberi obat yang kalau saya kejang bisa diberikan tapi tidak boleh menyusui selama meminum obatnya. Dan alhamdulillah sampai saat ini saya tidak pernah minum obat itu dan jangan sampai karena itu harus rutin minumnya kalau sudah sekali minum :"). Doakan ya semoga ga akan pernah minum obat itu.

Kejang pada dewasa rata-rata dikategorikan epilepsi, saya juga dibilang epilepsi seh sebenarnya. Tapi kejang-kejang itu bisa diminimalisir dengan membuat penderita tenang, tidak tertekan dan bahagia :"). Rileks, rileks dan rileks.

Saya tidak pernah menyalahkan siapa-siapa untuk kejang ini, apalagi terjadi setelah melahirkan Raffa. Bagaimanapun, saya pikir tiap orang udah ada jalannya masing-masing. Yang penting, yuk sehat buat orang-orang tercinta.

Cuma beneran deh... prosedur BPJSnya lama kali. Ada 3 bulan dari faskes sampai saya dibacain hasil EEG :v. Makan waktu, capek dan lelah....Tapi ya apa lagi :(. Ampun-ampun dah -___-. Kudu banyak stok sabar dah pakai bpjs.... :(

Ada yang punya pengalaman kejang setelah melahirkan? Share yuk!


Related Posts

12 komentar

  1. Sehat selalu ya mbk echa, kejang2 pergi jauh deh, jgn balik lagi, amiiinnn

    BalasHapus
  2. Pas baca ceritamu cha, papihmuu sabar bangeet yaaa.
    Semoga kalian selalu diberikan kesehatan ya sekeluarga :*

    BalasHapus
  3. Aq pas lahiran anak ke 2 sempet eklamsia, pas lahiran normal tapi baru bisa plg setelah beberapa hari nunggu tensi normal, akunya sih ngga ngerasa apa2, tapi suster yg ngerawat crita kalau blm pulih bener n pulang bisa kejang, krn pernah kejadian pasien eklamsia dan di rumah kejang, semoga Segera sehat yaaa Echa sayang, untuk urusan di RS memang bikin lelah, ga pake BPJS aja lama apalagi pake.

    BalasHapus
  4. Salam kenal mba.. Semoga sehat selalu ya ❤

    BalasHapus
  5. alhamdulillah, masih dalam batas normal
    banyak istirahat, biar nggak ada lagi kejang2nya

    BalasHapus
  6. Cepat sehat ya Mba', semoga semua penyakitnya kabur jauh-jauh, Aamiin.. :)

    BalasHapus
  7. Mbak Echaaa :" moga sehat-sehat dan strong selalu :))

    Makasih udah berbagi di postingan ini, jadi diingetin kalo kesehatan itu mahal harganya :"

    BalasHapus
  8. Mba echaa cepet sehat yaaa Semoga selalu Allah lindungi mba echa dan baby nyaa aamiin

    hai-ariani.com

    BalasHapus
  9. rileks, rileks, rileks...oke mba Echa...masalah pikiran buatku emang masih susah terkendali.

    BalasHapus
  10. Mba echa pengalamannya sama ky saya,2minggu sesudah ngelahirin saya kejang & g sadar, udhnya semua bdn g enk & terasa cape, kejadian nya kmren pas lebaran haji(idul adha) wktu subuh sekitar jm 3an, sampe skrng saya g percaya krn saya g prnh ngalamin kejadian itu & mdh2an jgn sampe teruLang lg, Aamiin

    BalasHapus
  11. Baca cerita nya mirip sama saya tp saya mah setelah dd fafid usia mau 2thn kejangnya dan itu pas lg di kegiatan umum hadeuh memalukan kejang nya tp saya mah gak sadar gt mba sampe skrg kl saya terlalu lelah sm banyak pikiran suka tiba² kejang gt tp saya udh gk konttrol lagi coz lelahnya mengantri visa seharian gt mba
    Semoga kita sehat selalu yaa mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huhuhu mbaaa apa ga sebbaiknya diperiksakan. Iya sadar2 badannya capek semmua
      Tapi alhamdulillah sampai saat ini belum pernah krjang lagi. Hanya saat awal2 melahirkan rafif saja. Cepet sehatan selalu ya mba semangat

      Hapus

Posting Komentar