Bersama Cegah Stunting demi Indonesia Lebih Baik

29 komentar

Mbak anaknya kok kurus ya?”
“Iya, mbak kalau gemuk biar saya saja”
“Gak takut stunting, Mbak?”
Deg.



Mendengar kata stunting itu memang sedikit membuat saya sedikit baper. Ibuk-ibuk memang lemah! Payah! *Trus nangis. Bagaimana tidak? Si R2 badannya kurus sekali, kalau ke dokter pasti diomeli karena tinggi dan berat badannya kurang dari KMS. Walau kalau dilihat dari milestone tumbuh kembang lainnya, terlihat biasa saja. Apalagi saat melihat dia bersama teman-teman sepantarannya (Yang umur, tinggi dan berat badan hampir sama), rasanya sama saja dengan anak lain. Tapi namanya Ibu, dengan melihat banyak sekali kenaikan stunting tetap deg-degan. Anak saya sebenarnya stunting tidak ya?

Sejak mulai muncul pada tahun 2007, stunting ini menjadi perhatian pemerintah. Karena bagaimanapun juga misalnya semua anak-anak di negara tercinta terkena stunting maka saat nanti di kemudian hari mereka yang menjadi penerus bangsa akan jadi apa suatu negara? Bisa dibayangkan tidak?

Generasi penerus bangsa dengan kondisi stunting yang pastinya malnutrisi, kerja otak juga tidak maksimal dan dampak stunting lainnya, akan membahayakan suatu negara. Sangat. Fyuh. Membayangkannya saja membuat bergidik ya? Amit-amit, apa jadinya bila seperti ini. 
Tanggal 14 November 2019 bertempat di hotel Le Meridien, saya datang ke acara Talkshow Nasional Demokratisasi dan Kesehatan Masyarakat : Tantangan Penanggulangan Masalah Gizi Anak Indonesia. Ini merupakan salah satu dari rangkaian ulang tahun The Habibie Center ke-20. Saat di meja registrasi saya diminta ambil stiketr quote Almarhum Prof BJ Habibie. Saya memilih quote yang pas untuk acara ini.
 

Mustahil ada inovasi di Indonesia jika tidak ada sumber daya manusia yang unggul 
Kalau dipikir-pikir, quote ini benar loh. Bahaya banget kalau SDM Indonesia apalagi generasi penerus tidak dipersiapkan sedemikian rupa. Karena mereka nanti yang akan menggantikan kita, masa depan akan ada di tangan mereka. Mulai terbayang ya, misalnya stunting terjadi yang berakibat menurunnya IQ bangsa. Mau jadi apa negara :"(.
Prof. Dr. Sofian Effendi, MPIA sebagai Ketua Dewan Pengururs The Habibie Center dalam sambutannya mengatakan merupakan tugas kita bersama untuk menciptakan kondisi kesehatan yang lebih baik. Dengan mengintervensi kebijakan publik dan semangat demokratisasi yang baik, implementasi di bidang kesehatan ini akan sangat diperlukan. 
Di kabinet Indonesia Maju ini, prevalensi stunting sebesar 30,8% meningkat , sehingga butuh upaya yang efektif untuk menanggulangi stunting ini. 




Hadir sebagai nara sumber Prof. Dr. dr. Damayanti R. Syarif, SpA. (K) Ketua Pokja Antropometri Kementerian Kesehatan dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi & Penyakit Metabolik, FKUI – RSCM. Beliau mengingatkan akan bahaya malnutrisi di 1000 hari pertama kehidupan (1000HPK).
1000 HPK adalah masa dimana dimulai dari saat hamil hingga anak 2 tahun
Saking pentingnya gizi di 1000 HPK ini, bila ada anak yang kekurangan gizi pada saat masa 1000HPK maka akan membuat dampak kesehatan yang tidak dapat diubah dengan cara apapun. Misal itu terjadi pada satu anak bayi di Indonesia masih dapat ditolerir, tapi melihat angka stunting yang makin besar dantambah tinggi, tentunya yang terkena stunting makin banyak. Dan, iyes! Stunting mengancam kita. 

Bisa kita lihat di gambar bawah sini penyerapan sinaps anak dalam kandungan sampai lahir dan berusia dua tahun sangat tinggi. Sel-sel syaraf tumbuh dan berkembang di 1000HPK  dengan sangat cepat dan banyak. Ketika diatas 2 tahun maka sel-sel syaraf yang bereaksi akan mulai berkurang. 25% sel otak saat dewasa saja terbentuk di kehamilan, 70% terbentuk sel dewasa hingga 2 tahun dan sisanya hingga 5 tahun.


Inti Mudjiati, Kasubdit Penanggulangan Gizi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, menyatakan sekarang sudah ada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Akibat Penyakit. Hal ini dilakukan sebagai upaya awal pencegahan stunting yang semakin meningkat.

Sebenarnya apakah stunting itu? Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis di 1000 HPK sehingga berdampak pada tinggi badan dan tumbuh kembang tidak maksimal setelah 2 tahun.

Stunting adalah kondisi yang bersifat irreversible, atau tidak dapat diperbaiki setelah anak mencapai usia dua tahun. Jika terdeteksi penurunan berat badan (weight faltering), anak harus segera ditangani secara medis agar dokter dapat mencari penyebab kondisi tersebut dan solusinya.

Penyebabnya juga sangat multi faktoral dan multi sektoral, karena itu pencegahan dan pemberantasannya juga membutuhkan melibatkan banyak pihak demi menciptakan generasi Indonesia sehat masa depan.

Deputi Menteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Subandi mengatakan kalau ada dua prioritas utama di bidang kesehatan yang sudah dituangkan dalam RPJMN 2020-2024, yaitu penurunan angka kematian ibu dan penurunan prevalensi stunting. Kami memiliki target yang cukup ambisius untuk menurunkan stunting hingga 19% pada tahun 2024 dan hal ini perlu diikuti dengan intervensi yang konvergen. Jika tidak, potensi kerugian ekonomi setiap tahunnya akibat stunting adalah 2-3% dari GDP.
Prof. Dr. dr. Damayanti R. Syarif, SpA. (K) juga mengatakan pencegahan stunting ini memerlukan  pemantauan status gizi yang benar, tata laksana rujukan berjenjang hingga intervensi gizi. Permenkes sendiri dalam peraturannya sekarang sudah ada  Pangan Olahan untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK) yang diprioritaskan untuk anak dengan risiko tinggi gagal tumbuh seperi gizi kurang, gizi buruk, prematur, alergi, hingga kelainan metabolik lainnya untuk mencegah stunting.


Prof. Dr. dr. Damayanti R. Syarif, SpA. (K) sudah melakukan uji coba PKMK di Desa Banyumundu, Pandeglang, dan ternyata berhasil menurunkan angka prevalensi stunting secara signifikan. PKMK sendiri karena sudah diatur dalam Permenkes dapat diberikan pada anak kondisi medis khusus, yang pemberiannya di bawah pengawasan dokter. PKMK sendiri memiliki keunggulan dibandingkan alternatif nutrisi lainnya sehingga memerlukan komitmen dan implememntasi pemerintah untuk mewujudkan semuanya.



Dr. drg. Widya Leksmanawati Habibie, M.M., Associate Fellow di The Habibie Center, mengatakan The Habibie Center memiliki 7 rekomendasi penanganan stunting, yaitu :
  1. Penimbangan dan pengukuran balita setiap bulan di Posyandu, dan dibutuhkan kelengkapan alat ukur sesuai standar WHO
  2. Pengesahan revisi PMK Antropometri Anak untuk deteksi tumbuh kembang balita
  3. Perbaiki buku KIA untuk memperbaiki pola MPASI dengan Protein Hewani
  4. Pemberian bantuan protein hewani termasuk susu untuk keluarga dengan balita
  5. Pelatihan dokter, bidan, ahli gizi dan kader untuk mendeteksi stunting dengan intervensinya
  6. Penyediaan PKMK untuk kondisi yang menyebabkan stunting seperti gizi buruk, gizi kurang, gagal tumbuh, alergi, prematur, sampai kelainan metabolik
  7. Meningkatkan anggaran intervensi gizi spesifik dalam anggaran stunting bukan hanya 30%, tetapi misalnya 50:50.
 Dr. drg. Widya Leksmanawati Habibie, M.M.
Associate Fellow di The Habibie Center



Hmm, stunting itu ternyata memang harus dibenerin ya. Tidak bisa diam-diem saja menerima kalau di Indonesia terkena stunting. Satu yang menjadi semangat saya dalam pemberantasan stunting ini, kalau media juga berperan penting untuk percepatan pencegahan stunting.

Salah satunya kita sebagai mama blogger benar-benar kudu pintar memberikan konten yang bergizi agar dibaca banyak orang. Karena pencegahan stunting ini dapat berhasil bila semua pihak ikut serta demi generasi Indonesai yang lebih baik. 

Stunting memang tidak mudah diatasi, tapi bersama-sama bisa kita cegah

Semua kalangan ikut serta mulai dari kebijakan ruang lingkup tertinggi sampai ruang lingkup terendah. Nah, buat kita sebagai ibu yang memegang kendali di ruang lingkup terendah kita bisa memulai dengan memberikan gizi seimbang di isi piring keluarga tercinta kita. Sejak hamil juga demikian harus diperhatikan, karena asupan gizi yang baik di 1000 hari pertama kehidupan itu penting adanya. Dengan penanganan gizi tepat dijamin stunting dijamin tidak akan membahayakan negara Indonesia kita tercinta.


Sudah siap menjadi bagian dari pencegahan stunting? Mari kita mulai dari keluarga tercinta kita dimulai dari sekarang!

Related Posts

29 komentar

  1. Benar sekali Mbak, sebaiknya kita mencegah daripada harus mengobati.

    BalasHapus
  2. Terimakasih banyak sudah berbagi informasi yang sangat bermanfaat ini Mbak.

    BalasHapus
  3. Program yang sangat bermanfaat sekali ya Mbak, semoga sukses selalu.

    BalasHapus
  4. Terimakasih untuk 7 rekomendasi penanganan sunting ya sudah dibagikkan Mbak.

    BalasHapus
  5. Ini juga yg aku cemaskan terjadi dengan Aira. Badannya ga bisa gede, tingginya juga ga bertambah banyak, tapi dia jarang sakit. Makasih sharingnya mbak, aku baca-baca lagi deh. Semoga Aira ga mengalami stunting.

    BalasHapus
  6. Ngeri-ngeri sedap kalao bahas stunting. Di Bondowoso angkanya termasuk tinggi. Maklum, kan juga dipengaruhi sosial ekonomi keluarga, juga faktor lingkungan juga yo Cha. Di sini beberapa tempat susah banget air bersih, jadi gak heran ini terjadi.

    BalasHapus
  7. Ngeri ya mba soal stunting ini. Karena dampaknya bisa kemana-mana. Aku suka khawatir anak aku Erysha kena stunting. Soalnya tingginya nggak kayak anak seusinya mba. Padahal dia sehat dan berisi malah montok. Aku juga berusaha memperhatikan gizinya juga. Tapi mungkin dia kurang tinggi karena emang ayah dan bundanya pendek wkwkkw 😂😂. Maaf jadi curhat ya mba echa 🙈

    BalasHapus
  8. Setuju dengan quote yang tentang inovasi dan SDM itu. Apalagi 10 tahun ke depan Indonesia akan mengalami bonus demografi. Tentunya sangat butuh SDM yang unggul supaya negara bisa maju. Stunting harus dicari penyelesaiannya

    BalasHapus
  9. Quote Eyang Habibie nampoolll bgt!!! Semoga kita semua dmudahkan utk jadi ibuk yg lebih baik lagi
    Say no to stunting!!

    BalasHapus
  10. iya, memang harus dimulai dari diri sendiri mbak, dan juga memperhatikan lingkungan sekitar, terutama keluarga yang memiliki bayi.
    Tadi siang saya sampai nangis waktu lihat berita di tv, bayi 40 hari meninggal karena tersedak pisang. Duh, bayi segitu sudah dikasih makan pisang. Miris banget

    BalasHapus
  11. foto yg terakhir keren euyy :*
    kalo jaman boyz kecil dulu, ketiganya dibilang kurang gizi huhuhu sedih. padalah emang bawaan genetik anaknya kecil krna ortunya waktu kecil juga mungil (skr aja ortunya jadi bengkak ahahah)

    BalasHapus
  12. Peran ibu memang luar biasa penting ya dalam mencegah stunting ini. Sejak embrio bertumbuh sudah harus menyiapkan asupan gizi yang tepat untuk buah hati.

    BalasHapus
  13. Stunting ini di Indonesia tergolong banyak ya mak, tapi kebanyakan orang tua juga ga paham apa saja yang harus dilakukan, perlu lebih gencar lagi edukasinya,

    BalasHapus
  14. Skarang kampanye memberantas stunting semakin digalakkan dan aku sepakat banget. Jangan anggap remeh deh stunting ini. Penuhi gizi anak biar nggak anak stunting

    BalasHapus
  15. Stunting ini memang jadi momok banget gak sih, soalnya ada teman yang baru punya anak 8bulan dan panik karena dibilang sama dokter anaknya "ini anak nanti stunting". AKu kaget sampai ada dokter begitu, karena beratnya kurang beberapa gram saja.

    BalasHapus
  16. Masalah stunting ini peer banget yah, soalnya kebanyakan kurang paham sama stunting dan dianggap biasa malah ada yang anggap faktor genetik. Harus banyak edukasi online dan offline nih biar pada paham.

    BalasHapus
  17. Dr. Damayanti ini heits banget namanya, aku kenal semenjak jd emak anak satu hehe. Maksudku kenal namanya wkwkwk suka ngikutin ulasannya jg dulu ttg bayi2.
    Moga anak2 kita terhindar dr stunting, tugas kita membesarkannya dengan baik yo mbak

    BalasHapus
  18. Stunting ini masih menjadi masalah besar di Indonesia ya. Segala cara dilakukan oleh pemerintah. Kampanye 1000 hari penting untuk anak pula selalu diadakan di berbagai Kota. Semoga angka anak stunting terus menurun

    BalasHapus
  19. Stunting ini bikin aku was was karena ada a anakku yang ga mau makan dan minun kalau bukan pilihannya meskipun setiap hari menunya itu itu sja

    BalasHapus
  20. Peran Posyandu samapai kapan pun tetap diperlukan ya, karena ternyata sekarang masih banyak ditemukan kasus stunting ini. Semoga dengan perhatian banyak pihak, kasus stunting bisa menurun

    BalasHapus
  21. Masalah stunting ini enggak bisa dianggap sepele ya, karena dampaknya akan terasa di masa depan... Semoga indonesia bisa segera terbebas dari stunting...

    BalasHapus
  22. Selalu suka sama tulisan kaka Echa yang padat dan ada infografisnya keren banget.
    Aku juga takut, kak...anak-anakku ini kayanya kok cungkring banget yaa..?
    Tapi uda usia sekolah siih...**masih terbilang aman gak?

    BalasHapus
  23. Insyaallah anak anakmu ngga syuting eeeeh stunting ah Cha..

    kamu kan ibu yang perhatian super duper ama anak!

    ini stunting ga cuman anak dari kalangan tak mampu tapi juga berlebihan ekonomi karena anak jadi jajan sebelum waktunya... hiks

    BalasHapus
  24. sedih banget memang kalo nemu ada anak yang stunting. Sebagai ortu memang kita harus aware dan mempersiapkan gizi anak sejak masa perencanaan kehamilan. Semoga makin banyak masyarakat yang sadar dan pemerintah bisa bantu untuk mencegah stunting

    BalasHapus
  25. huwaaa aku tuh sempat khawatir SID stunting apa gak soalnya susah banget BB-nya naik. Udah rutin tiap bulan nimbang di Posyandu, bulan ini naik banyak eh bulan depan merosot. Ya aku berusaha beri asupan gizi seimbang untuk anak supaya ia tumbuh sehat. Ngeri eh baca efek buruk stunting buat anak dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

    BalasHapus
  26. Sayangnya seorang ibu yang sarjana pun belum tentu paham tentang stunting ini, huhuhu. Ada saudaraku yang anaknya pertumbuhannya di bawah garis normal, eh emaknya santuy aja, huhuhu aku kok kasihan bangat gitu sama anaknya. Coba aku rekomendasikan artikel ini ke saudaraku deh

    BalasHapus
  27. Tetanggaku sampai ngga mau lagi ke posyandu karena dokter dan petugasnya bilang anak balitanya stunting, hadeh..padahal anaknya lincah..

    BalasHapus
  28. Yuhuuu semangat mencegah stunting... banyak sih yang harus dilakukan.. tapi pasti bisa...

    BalasHapus
  29. soal stunting ini benar-benar jadi perhatian penting pemerintah, bahkan di tingkat rt tiap posyandu diberikan produk makanan tambahan agar anak-anak cukup gizi dan gak stunting

    BalasHapus

Posting Komentar