Antara Ikan Asin, Garam dan Perubahan Iklim

2 komentar
Antara Ikan Asin, Garam dan Perubahan Iklim

"Bu, di laut ombak kencang. Hari ini libur melaut"
"Oh iya, tidak apa-apa Pak"
"Iya Bu di sini tidak jelas cuacanya. Tiba-tiba hujan deras"
"Iya Pak, semangat ya!"
"Makasih Ibu"

Paling tidak itulah kehidupan sehari-hari saya sekarang setiap malam. Biasanya dikabari kalau melaut atau tidak. Soalnya kebetulan saya jualan ikan asin kering yang mana setelah ditangkap pancing atau jala bisa langsung diolah dengan proses penggaraman. Setelah kering siang atau sore baru diambil. Itupun kadang di bagian lelangan ikan harus banyak nego dan kenalan sama nelayan di sana. 

Kalau ingat awal-awal membangun jaringan dengan nelayan di sana kota kelahiran saya berasa banget, apalagi tidak domisili di sana. Lebih tidak dipercaya kan? Tapi untunglah pelan-pelan asal klakon para nelayan mulai mengenal saya. Alhamdulillah. 

Berjualan ikan asin ini tidak akan lepas dari garam yang digunakan untuk mengasinkan ikan. Sebenarnya pengolahan di daerah itu termasuk sederhana, apalagi garam yang dipakai memang garam laut yang tradisional. Jadi setelah digaramin, baru ikan dijemur sampai kering. Untunglah Situbondo termasuk daerah panas terik, yang biasanya memang panas banget sehari-harinya. Siang atau sore biasanya sudah kering kerontang, setelah diambil biasanya nanti dikeringkan ulang agar lebih awet. 

Tentunya ini akan membuat perbedaan dalam segi berat timbangan ikan asin yang di dapat dari nelayan, ke lelang lalu ke saya sebagai penjual dan disalurkan ke pembeli. Apalagi kadang banyak nelayan yang ingin lebih berat timbangannya jadi masih agak basah sudah dikirim. Tapi itu serba serbi berjualan memang pasti ada saja.

Pengolahan Garam Yang Perlu Kita Tahu


Kenapa saya sangat bersemangat jualan ikan asin waktu itu untuk memulai hal baru? Karena saya tahu, selain ikannya masih segar dari laut saat proses penggaraman, garam yang dipakai juga lebih tradisional tanpa harus menggunakan bahan berbahaya lainnya. 

Garam sendiri merupakan bahan penting untuk manusia. Dengan bahan utama NaCl, garam akan menjadi komoditi penting selama masih dalam nilai IKG (Indeks Kesesuaian Garam) jadi aman dikonsumsi manusia. 

Dengan melakukan proses evaporasi dengan menggunakan sinar matahari menjadi cara utama untuk membuat air laut menguap di atas tambak garam. Makanya cuaca benar-benar sangat mempengaruhi kehidupan nelayan di sini, mulai dari proses pemancingan, penggaraman sampai pengeringan ikan asin tergantung dari cuaca. Bila cuaca tidak menentu dan turun hujan, jelas sekali berdampak ke pendapatan nelayan dan petani garam.

Pernah dulu Indonesia mengalami harga kenaikan garam yang cukup tinggi, karena fenomena El Nina yang melanda Indonesia. Garam yang dibutuhkan menurun produksinya. Bahkan pemerintah mencoba untuk memiiliki target pemenuhan garam di Indonesia sebesar 1,5 juta ton untuk tahun 2022 saja saat ini. Karena pada tahun 2021 hanya bisa memenuhi 1,3 juta ton dari target 2,1 juta ton garam. Makanya diharapkan semoga di tahun 2022 ini pasokan garam makin menggeliat.

Potensi hujan lebat sepanjang tahun yang tidak menentu dari BMKG juga jadi penentu bisa tidaknya pemenuhan garam dalam setahun ke depan. Ya kalau cuaca ekstrim garam yang ada pasti akan berkurang produksinya. Betul tidak? Jangan sampai pasokan garam dari luar bertambah, padahal Indonesia adalah negara kepulauan memiliki laut yang sangat besar.

Hubungan garam dan ikan asin kering yang saya jual ini sangat dekat, saking dekatnya karena yang mengolah penggaraman adalah nelayannya sendiri. Biasanya sudah dipisah yang mau digaramin yang mana dan yang mau dijual ikan segar yang mana. Jadi biasanya dipisah langsung tempatnya, persentase banyaknya tergantung nelayan masing-masing atau sesuai pesanan. Misalnya dapat ikan hanya 10 kg, yang dibuat ikan asin biasanya hanya 4kg saja. Sisanya dijual sebagai ikan segar di lelangan atau pasar.

Penggaraman dan pengeringan ikan asin

Untuk penggaraman ikan asin ada tiga cara yang biasanya dilakukan di tempat pengelolaan ikannya. Kalau di daerah saya biasanya nelayannya yang langsung menggarami ikan yang didapat. Biasanya sudah ada kampung nelayan yang semuanya melakukan hal sama. Sebelumnya ikan sudah melalui proses penyiangan, seperti membelah ikan dan membersihkannya dari kotoran perut agar tidak terasa pahit saat dikonsumsi. 

1. Penggaraman kering (Dry Salting)

Menggunakan garam besar berbentuk kristal, ikannya ditaburi garam satu-satu dan disusun berlapis dengan ditengahnya diberi lapisan garam lagi. Untuk ikan yang jumlahnya tidak terlalu banyak, nelayan banyak menggunakan metode ini.

2. Penggaraman Basah (Wet Salting)

Penggaraman dilakukan dengan proses melarutkan butiran garam lalu ikan yang sudah dibersihkan langsung direndam bersama garam. Biasanya ini yang sering dilakukan oleh nelayan untuk menggarami ikan asin karena prosesnya lebih mudah dan dapatnya lebih banyak.

3. Penggaraman Kench Salting

Serupa dengan penggaraman kering, hanya berbeda di tempat kedap air. Bisa menggunakan terpal atau ditumpuk begitu saja di keranjang. Ini cocok untuk menggarami ikan yang jenis ukuran tubuhnya kecil.

Setelah 1-2 hari untuk ikan besar atau semalam saja untuk ikan yang lebih kecil, langsung dikeringkan dijejer begitu di bawah terik matahari. Biasanya pesisir pantai kan udara dan cuaca sangat panas, bisa langsung kering saat siang atau sore. Ikan asin siap dibawa ke tengkulak, lelang, penjual atau pasar.

Saking bergantungnya ikan asin dengan produksi garam, sekarang sudah banyak tambak garam yang dibuat. Dan kesemuanya baik ikan asin dan garam sangatlah bergantung dengan cuaca. Bila terjadi perubahan iklim yang drastis, jelas penurunan ikan asin dan garam juga menurun. Yang pasti mempengaruhi ekonomi, salah satunya saya sebagai penjual ikan asin.

Ketika Ekonomi Hanya Bergantung Pada Perubahan Iklim


Sayangnya, sekarang di pesisir pantai perubahan banyak terjadi. Banyak lahan budidaya garam yang beralih fungsi, mulai dari pembangunan PLTU, tempat wisata sampai pengecilan area mangrove yang sebenarnya sangat berguna untuk masyarakat. Iya, makin lama makin habis dikikis pembangunan dengan menggadang-gadang perolehan lulus proses AMDAL. Padahal kalau dalam jangka panjang, pastinya merusak tanpa diberikan solusinya. Ya karena lawannya sama alam, apa yang bisa dilakukan setelah diubah manusia?

Saya sendiri sempat berpikir, apakah kalau cuaca sering tidak menentu sekarang bisa tetap jualan. Pernah suatu waktu, hujan terus hampir seminggu. Karena tidak sabar lewat telepon sedangkan pesanan banyak, saya langsung datangi sama suamii agar bisa lihat kenyataan sebenarnya. Tahu tidak sepanjang jalan di desa nelayan ini semua sepi. Sepi banget tidak ada yang jualan sama sekali. Sedih juga melihatnya, apalagi pandemi seperti sekarang. Rasanya nyess juga hati ini melihat kesedihan nelayan yang tidak bisa berbuat apa-apa karena perubahan iklim.

jual ikan asin
Saya dan banyak orang menggantungkan hidup pada laut pantai

Perubahan iklim ini sebenarnya harus dicari solusi bersama, karena untuk lebih dari 30 ribu orang masyarakat pantai yang menggantungkan hidupnya dari laut dampaknya akan sangat terasa sekali. Belum lagi kebutuhan langka garam yang walau sejumput sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim yang terjadi. Bila hujan dan pasang air laut terus terjadi, ikan dan garam tidak akan bisa didapatkan. Yang ada hanya bisa menunggu cuaca cerah. Sangat berbahaya mengancam jiwa nelayan bila melaut saat hujan dan ombak besar. Dengan mengingat Indonesia merupakan wilayah tropis, maka semuanya akan bisa dilakukan di musim kemarau saja. 

Semakin besarnya anomali iklim, semakin besar ancaman bagi produksi garam dan ikan asin maupun kesejahteraan petambak garam dan nelayan ikan. Ini dampak yang bukan hanya bahan penelitian saja, tapi juga merupakan rantai utama berubah karena perubahan iklim yang ada. 

Urusan sejumput garam dalam masakan sehari-hari yang kita santap menjadi mata rantai penting dalam soal besar perubahan iklim. Terlihat sepele tapi bisa jadi indikator kalau bumi kita sudah berubah. Perubahan iklim yang terlalu tajam kadang menjadi pertanda kalau bumi kita tidak baik-baik saja.

Mau sampai kapan seperti ini?

Sayangi Laut dan Pantai Kita


Sebenarnya memang agak susah melawan 'alam'. Tapi kalau kita pikir logika ini juga karena ada ulah tangan manusia. Yang pasti kita bisa kembalikan lagi semua seperti awal itu akan sangat membantu. Pemerintah pun sebenarnya sudah memiliki banyak cara untuk memulihkan alam laut dan pantai agar tidak terlalu terkena dampak perubahan iklim. Sayangnya tidak banyak yang bisa dilakukan apalagi kalau sudah menyangkut kepentingan pembangunan negara.

laut yang indah
Laut dan pantai yang indah jangan dihancurkan

Kita bisa lihat sekarang banyak sekali lahan garam yang beralih fungsi seperti yang saya uraikan di atas. Pantai yang menjadi lahan wisata sehingga berubah banyak tidak alami, belum lagi penggunaan bahan kimia dan alat berbahaya lain untuk menangkap ikan. Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan iklim ini, yang pasti bila terjadi di laut dan pantai pasti masyarakat di sekitar pesisir yang akan sangat terkena dampaknya.

Yang saya lakukan sebagai penjual ikan asin dan tergantung sama garam ini tidak banyak. Biasanya antara UKM saling bertukar info misalnya ada kerja bakti pembersihan laut. Mulai dari membersihkan sampah di pantai, di laut dan di area desa nelayan yang kadang banyak sekali sampah ikan hanya ditumpuk saja. Untungnya karena desa nelayan di daerah saya ini sudah banyak yang aware tentang lingkungan, mereka biasanya sudah tahu harus memilah sampah organik dan anorganik di tempat yang berbeda.

#UntukmuBumiku karena ini bumi kita planet kita sepatutnya harus kita jaga. Jangan sampai anak cucu kita malah tidak merasakan keindahan alam. #TeamUpforImpact agar kelestarian bumi makin jadi kenyataan. Perubahan iklim atau climate change ini tidak menjadi bencana di kemudian hari. Siapa yang bisa mengubahnya? Kita, saya dan kamu. Kapan? Sekarang!

Related Posts

2 komentar

  1. Nah kan memang lingkungan berimbas ke kehidupan kita walau ga secara langsung apalagi laut yang luas dan banyak kehidupan di dalamnya, jika tercemar berapa banyak kehidupan yang terancam ga bisa dibayangkan. Lets jaga kebersihan lingkungan! Eh semoga sukses bisnis ikan asinnya!

    BalasHapus
  2. Sedih bacanya ya semoga kita semua makin sadar tentang bahaya perubahan iklim dan tergerak menjaga lingkungan lebih baik ya Cha

    BalasHapus

Posting Komentar